   

BAB I
PENDAHULUAN
a.        Latar Belakang
            Pendekatan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan mengandung arti bahwa manusia ditempatkan pada posisi pelaku dan penerima manfaat dari proses mencari solusi dan meraih hasil pembangunandengan demikian maka masyarakat harus mampu meningkatkan kualitas kemandirian mengatasi masalah yang dihadapi upaya-upaya pemberdayaan masyarakat seharusnya mampu berperan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia (SDM) terutama dalam membentuk dan merubah perilaku masyarakat untuk mencapai taraf hidup yang lebih berkualitas.
Pembentukan dan perubahan perilaku tersebut, baik dalam dimensi sektoral yakni dalamseluruh aspek/sektor-sektor kehidupan manusia; dimensi kemasyarakatan yang meliputi jangkauan kesejahteraan dari materiil hingga non materiil; dimensi waktu dan kualitas yakni jangka pendek hingga jangka panjang dan peningkatan kemampuan dan kualitas untuk pelayanannya, serta dimensi sasaran yakni dapat  menjangkau dari seluruh strata masyarakat. Pemberdayaan  masyarakat  tidak lain adalah  memberikan motivasi dan dorongan kepada masyarakat agar mampu menggali potensi dirinya dan berani bertindak memperbaiki kualitas hidupnya, melalui cara antara lain  dengan pendidikan untuk penyadaran dan pemampuan diri mereka.


b.        Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Memberdayakan Masyarakat Tani?
2.      Bagaimana Menghadapi Tantangan di Era Globalisasi?

c.         Tujuan Masalah
1.      Untuk Mengetahui Dalam Menberdayakan Masyarakat Tani.
2.      Untuk Mengatasi Tantangan di Era Globalisasi.



BAB II
PEMBAHASAN

A.           Pemberdayaan  Masyarakat Petani
            Konsep pemberdayaan masyarakat  secara mendasar  berarti menempatkan masyarakat beserta institusi-institusinya  sebagai kekuatan dasar bagi pengembangan ekonomi, politik, sosial, dan budaya menghidupkan kembali berbagai pranata ekonomi masyarakat untuk dihimpun dan diperkuat sehingga dapat berperan sebagai lokomotif bagi kemajuan ekonomi merupakan keharusan untuk dilakukan ekonomi rakyat akan terbangun bila hubungan sinergis dari berbagai pranata sosial dan ekonomi yang ada didalam masyarakat dikembangkan kearah terbentuknya jaringan ekonomi rakyat.
            Pemberdayaan petani menurut Kepala Badan SDMP dilakukan dengan 5 (lima) jurus yakni: (1) Kegiatan agrisbisnis harus berorientasi pasar (kuantitas, kualitas, dan kontinuitas); (2) Usaha agribisnis harus menguntungkan dan comparable dengan usaha lainnya; (3) Agribisnis merupakan kepercayaan jangka panjang; (4) Kemandirian dan daya saing usaha; (5) Komitmen terhadap kontrak usaha.
            Pemberdayaan kelembagaan petani meliputi : (1) Petani sub sisten tradisional yang telah berubah menjadi petani moderen berwawasan agribisnis difasilitasi untuk membentuk kelembagaan petani melalui proses partisipatif dan “bottom-up”; (2) Untuk membentuk kelembagaan petani yang kokoh, perlu disusun suatu instrumen pemberdayaan kelompok tani. (3) Instrumen pemberdayaan kelompok tani yang perlu dipertimbangkan antara lain : (a) Adanya interest/kepentingan yang sama di antara petani dalam kelompok; (b) Adanya jiwa kepemimpinan dari salah satu petani di dalam kelompok; (c) Adanya kemampuan manajerial dari petani di dalam kelompok; (d) Adanya komitmen dari petani untuk membentuk kelembagaan petani; (e) Adanya saling kepercayaan di antara petani di dalam kelompok.
            Pemberdayaan usahatani meliputi kegiatan: (1) Fasilitasi kelompok usaha tani yang tidak feasible dan tidak bankable melalui bantuan langsung masyarakat untuk mengembangkan usaha agribisnis; (2) Mendorong kelompok usaha tani yang tidak feasible dan tidak bankable menjadi usaha yang feasible tetapi belum bankable; (3) Fasilitasi kelompok usaha tani yang feasible tetapi belum bankable dengan Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) dan Kredit Usaha Rakyat untuk mengembangkan usaha agribisnis; (4) Mendorong kelompok usaha tani yang feasible tetapi belum bankable menjadi usaha yang feasible dan bankable; (5) Untuk mendukung kelompok usaha tani yang feasible dan bankable, Pemerintah perlu menciptakan iklim usaha yang kondusif agar investasi domestik dan investasi asing masuk ke sektor agribisnis.
            Konsep pemberdayaan masyarakat  secara mendasar  berarti menempatkan masyarakat beserta institusi-institusinya  sebagai kekuatan dasar bagi pengembangan ekonomi, politik, sosial, dan budaya menghidupkan kembali berbagai pranata ekonomi masyarakat untuk dihimpun dan diperkuat sehingga dapat berperan sebagai lokomotif bagi kemajuan ekonomi merupakan keharusan untuk dilakukan ekonomi rakyat akan terbangun bila hubungan sinergis dari berbagai pranata sosial dan ekonomi yang ada didalam masyarakat dikembangkan kearah terbentuknya jaringan ekonomi rakyat.
B.            Tantangan Di Era Globalisasi
            Menurut  Saragih (1998), makna terdalam era globalisasi dalam strukturperekonomian adalah perdagangan bebas. Dalam perdagangan bebas berarti ada persaingan. Dalam globalisasi tersebut yang akan bersaing adalah barang sekunder, yaitu produk agroindustri di Indonesia  bahan baku untuk industri tersedia, tetapi yang menjadi kendala adalah penggunaan dan penguasaan teknologi modern yang memperkuat agribisnis, atau  penekanan masalah yang dihadapi dalam era globalisasi adalah pada peningkatan SDM  ( termasuk bagi para petani dan nelayan kecil).
            Mendasarkan hal di atas, maka arah pengembangan pertanian dan perikanan  kedepan adalah agribisnis, yaitu  mengembangkan  pertanian dan agroindustri atau industri yang mengolah hasil pertanian/ perikanan dan jasa-jasa yang menunjangnya.  Termasuk di dalam perikanan, misalnya di Indonesia ini dari sisi penawaran, kita memiliki perairan laut seluas 5,8 juta km2 dan garis pantai sepanjang 90 ribu km, adalah merupakan basis kegiatan ekonomi perikanan yang sangat besar. Hal ini tentu belum termasuk potensi perikanan air tawar, baik perairan umum (sungai dan danau), budidaya kolam, budidaya ikan karamba/jarring apung, budidaya ikan rawa dan budidaya ikan sawah yang juga masih terbuka luas. Khusus tentang arah pembangunan perikanan dengan pendekatan agribisnis adalah dengan membangun dan mengembangkan subsistim industri hulu perikanan ( pembenihan, industri peralatan tangkap ikan, industri pakan ikan), subsistim budidaya pasca panen/tangkap, subsistim pengolahan hasil perikanan dan perdagangan, dan  subsistim jasa penunjang ( R and D) dalam suatu sistim yang terintegrasi.
            Masih menurut Saragih (1998) pengembangan agribisnis di Indonesia merupakantuntutan perkembangan yang logis dan harus dilanjutkan sebagai  wujudkesinambungan, penganekaragaman dan  pendalaman pembangunan  pertanian selama ini. Pengembangan agribisnis  akan tetap relevan walau  telah tercapai setinggi apapun kemajuan suatu negara.
            Bahkan agribisnis akan  menjadi andalan utama bagi suatu negara yang masih sulit melepaskan ketergantungan pembangunan nasionalnya dari sektor pertanian dan pedesaan seperti Indonesia ini. Beberapa alasan lain untuk memperkuat pilihan pada
agribisnis, adalah: (1) tersedianya bahan baku yang tersedia, (2) akan memperluas daya tampung tenaga kerja di sektor pertanian dan pedesaan, dan (3) pengembangan agrobisnis dalam skala kecil  lebih mudah diarahkan untuk lebih bersahabat dengan lingkungan (daripada industri besar), sehingga dapat menekan kerusakan lingkungan.
            Dengan memperhatikan arah tantangan pertanian dan perikanan yaitu seharusnya dikembangkan ke arah agribisnis, maka perlu mendapat penekanan bahwa  sasaran strategis pemberdayaan  masyarakat bukanlah sekedar peningkatan pendapatan semata, malainkan juga sebagai upaya membangun basis-basis ekonomi yang bertumpu pada kebutuhan masyarakat dan sumberdaya lokal yang handal. Dalam kerangka tersebut, keberhasilan upaya pemberdayaan masyarakat tidak hanya dapat dilihat dari meningkatnya pendapatan masayarakat melainkan juga aspek-aspek penting dan mendasar lainnya.
            Beberapa aspek penting yang perlu mendapatkan perhatian dalam pemberdayaan masyarakat petani dan nelayan, antara lain :
Pengembangan organisasi/kelompok masyarakat yang dikembangkan dan berfungsi dalam mendinamisir kegiatan produktif masyarakat, misalnya berfungsinya HKTI, HNSI , dan organisasi lokal lainya .
Pengembangan jaringan strategis antar kelompok/organisasi masyarakat yang terbentuk dan berperan dalam pengembangan masyarakat tani asosiasi dari organisasi petani dan nelayan, baik dalam skala nasional, wilayah, maupun lokal.
 Kemampuan kelompok petani dan nelayan kecil dalam mengakses sumber-sumber luar yang dapat mendukung pengembangan mereka, baik dalam bidang informasi pasar, permodalan, serta teknologi dan manajemen, termasuk didalamnya kemampuan lobi ekonomi. Di sinilah maka perlunya ekonomi jaringan dipembangkan. ekonomi jaringan adalah suatu perekonomian yang menghimpun para pelaku ekomomi, baik dari produsen, konsumen, service provider, equipment provider, cargo,  dan sebagainya  di dalam jaringan yang terhubung baik secara elektronik maupun melalui berbagai forum usaha yang aktif dan dinamis.  Ekonomi jaringan ini harus didukung oleh jaringan telekomunikasi, jaringan pembiayaan, jaringan usaha dan perdagangan, jaringan advokasi usaha, jaringan saling belajar, serta jaringan lainnya seperti hasil temuan riset dan teknologi/inovasi baru, jaringan pasar, infomasi kebijakan dan pendukung lainnya yang dapat diakses oleh semua dan tidak dimonopoli oleh kelompok tertentu ( Sasono, 2000).
Pengembangan kemampuan-kemampuan teknis dan manajerial kelompok-kelompok masyarakat, sehingga berbagai masalah teknis dan organisasi dapat dipecahkan dengan baik. Di sini, selain masyarakat sasaran (petani dan nelayan), juga para petugas penyuluh/pendamping pemberdayaan masyarakat harus meningkatkan kompetensi diri sebagai petugas yang mampu memberdayakan , karena banyak diantara  mereka justru ketinggalan kemampuannya dengan kelompok sasarannya.







BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
            Upaya pemberdayaan masyarakat petani dan nelayan kecil merupakan jalan yangmasih panjang dan masih penuh tantangan. Model pembangunan ekonomi yang sentralistik dan sangat kapitalistik telah melembaga sangat kuat baik secara ekonomi, politik maupun budaya, sehingga tidak mudah untuk menjebolnya. Hanya dengan komitmen yang kuat dan keberpihakan yang tulus, serta upaya yang sungguh-sungguh,pemberdayaan masyarakat petani dan nelayan kecil tersebut  dapat diwujudkan.
            Pemberdayaan masyarakat petani dan nelayan kecil agar mampu menjawab tantangan di era globalisasi ( yaitu menuju usaha agrobisnis) membutuhkan komitmenyang kuat dari pemerintah, para pelaku ekonomi, rakyat, lembaga pendidikan, organisasiprofesi, serta organisasi-organisasi non pemerintah lainnya. Komitmen itu dapatdiwujudkan  dalam bentuk memberikan kepercayaan berkembangnya  kemampuan-kemampuan lokal  atas dasar kebutuhan setempat.
            Penguatan peranserta masyarakat petani dan nelayan kecil sebagai pelakupembangunan, karena harus didorong seluas-luasnya  melalui program-program pendampingan  menuju suatu kemandirian mereka. Disamping itu pula, perlupengembangan  organisasi, ekonomi jaringan dan faktor-faktor pendukung lainnya.Dengan usaha pemberdayaan masyarakat yang demikian itu,mudah-mudahan dapat membebaskan mereka dari kemiskinan dan keterbelakangan untuk menuju kehidupanyang lebih baik.





DAFTAR PUSTAKA
Freire, Paulo. 1984. Pendidikan Sebagai Praktek Pembebasan (Terj. AA. Nugroho), Jakarta :
Gramedia.
Karsidi, Ravik. 2001.Paradigma Baru Penyuluhan Pembangunan dalam Pemberdayaan
Masyarakat.Dalam  Pambudy dan A.K.Adhy (ed.): Pemberdayaan Sumberdaya
Manusia Menuju Terwujudnya Masyarakat Madani, Bogor: Penerbit Pustaka
Wirausaha Muda.
Korten, David C. 1984. Pembangunan yang Memihak Rakyat.Jakarta : Lembaga Studi
Pembangunan.
Mahmudi, Ahmad. 1999. Prinsip-Prinsip Pemberdayaan Masyarakat. TOT P2KP oleh LPPSLH,
Ambarawa, 27 Nopember 1999.
Pambudy, Rachmat 1998. Sistem Penyuluhan Agribisnis Peternakan. Draft Disertasi S3 Pasca
Sarjana, Bogor : IPB (tidak diterbitkan).
Saragih, Bungaran, 1998. Agribisnis: Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis
Pertanian, Bogor: Yayasan Mulia persada Indonesia, Pt.Surveyor Indonesia dan PSP Lemlit

IPB.

Related Post :