   

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu aspek penting yang harus dilakukan pada saat ini karena ketidakberdayaan masyarakat menjadi salah satu sumber dari permasalahan nasional yang sedang dihadapi saat ini. Ketidak berdayaan itu mulai dari kelompok yang paling kecil, keluarga atau rumahtangga, sampai dengan kelompok yang besar, seperti lembaga-lembaga pemerintahan.

Pemberdayaan dilakukan melalui beberapa cara untuk mengentaskan kesejahteraan masyarakat, dapat menggunakan penyuluhan kepada masyarakat untuk memperdayakan masyarakat itu sendiri. Namun selain pemberdayaan masyarakat juga perlu adanya partisipasi yang seimbang antara pemerintah dengan masyarakat yang nantinya akan menuju tujuan yang sama.

Pemberdayaan ini biasanya dilakukan di daerah terpencil atau daerah pedesaan, yang dapat memanfaatkan kondisi lingkungannya untuk meningkatkan ekonomi masyarakat pedesaan salah satunya. Pemberdayaan ini dapat dilakukan melalui bidang pertanian untuk mengembangkan sektor pertanian di pedesaan, terdapat bidang lain yang dapat dikembangkan demi menujang pengembangan dalam pemberdayaan masyarakat.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Memahami pengertian pemberdayaan masyarakat ?
2.      Memahami tujuan pemberdayaan masyarakat ?
3.      Pengaplikasian pemberdayaan masyarakat ?

1.3  Tujuan
1.      Mengetahui pengertian pemberdayaan masyarakat.
2.      Mengetahui tujuan dari pemberdayaan masyarakat.
3.      Mengetahui cara pengaplikasian pemberdayaan masyarakat.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1.   Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat, merupakan ungkapan lain dari tujuan penyuluhan pembangunan, yaitu untuk mengembangkan masyarakat (petani) menjadi sumber daya manusia yang mampu meningkatkan kualitas hidupnya secara mandiri, tidak tergantung pada “belas kasih” pihak lain (Margo Slamet, 2000). Penyuluhan sebagai proses pemberdayaan, akan menghasilkan masyarakat yang dinamis dan progresif secara berkelanjutan, sebab didasari oleh adanya motivasi intrinsik dan ekstrinsik dalam diri mereka.
Penyuluhan pertanian sebagai proses pemberdayaan masyarakat, memiliki tujuan utama yang tidak terbatas pada terciptanya “better farming, better business, dan better living, tetapi untuk memfasilitasi masyarakat dalam mengadopsi teknik-produksi dan pemasaran demi peningkatan pendapatannya. Penyuluhan sebagai proses pemberdayaan masyarakat, merupakan proses pemandirian masyarakat. Mandiri bukan berarti “berdiri di atas kaki sendiri” atau menolak bantuan dari luar.  Mandiri tetap membutuhkan dan membuka diri terhadap “bantuan”`pihak luar yang benar-benar diyakini akan mem-berikan manfaat.  Sebaliknya, dengan kemandiriannya harus berani menolak intervensi pihak luar yang (akan) merugikan atau menuntut korbanan lebih besar dibanding manfaat yang (akan) diterima.
Istilah pemberdayaan masyarakat yang sering digunakan sebagai terjemahan dari “empowerment” mulai ramai digunakan dalam bahasa sehari-hari di Indonesia bersama-sama dengan istilah “pengentasan kemiskinan” (poverty alleviation) sejak digulirkannya Program Inpres No. 5/1993 yang kemudian lebih dikenal sebagai Inpres Desa Tertinggal (IDT).  Sejak itu, istillah pemberdayaan dan pengentasan-kemiskinan (poveerty alleviation) merupakan “saudara kembar” yang selalu menjadi topik dan kata-kunci dari upaya pembangunan
Sehubungan dengan pengertian ini, Sumodiningrat (1997) mengarti-kan keberdayaan masyarakat sebagai kemampuan individu yang bersenyawa dengan masyarakat dalam membangun keberdayaan masyarakat yang bersangkutan. Masyarakat dengan keberdayaan yang tinggi, adalah masyarakat yang sebagian besar anggotanya sehat fisik dan mental, terdidik dan kuat, dan memiliki nilai-nilai intrinsik yang juga menjadi sumber keberdayaan, seperti sifat-sifat kekeluargaan, kegotong-royongan, dan (khusus bagi bangsa Indonesia) adalah keragaman atau kebhinekaan.
Keberdayaan masyarakat, adalah unsur-unsur yang memungkinkan masyarakat mampu bertahan (survive) dan (dalam pengertian yang dinamis) mampu mengembangkan diri untuk mencapai tujuan-tujuannya.  Karena itu, memberdayakan masyarakat merupakan upaya untuk (terus menerus) meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat  “bawah” yang tidak mampu melepaskan diri dari perang-kap kemiskinan dan keterbelakangan.  Dengan kata lain, pember-dayaan masyarakat adalah meningkatkan kemampuan dan meningka-kan kemandirian masyarakat.  Sejalan dengan itu, pemberdayaan dapat diartikan sebagai upaya peningkatan kemampuan masyarakat (miskin) untuk berpartisipasi, bernegosiasi, mempengaruhi dan mengendalikan kelembagaan masyarakatnya secara bertanggung-gugat (accountable) demi perbaikan kehidupannya
Empowerment  atau pemberdayaan secara singkat dapat diartikan sebagai upaya untuk memberikan kesempatan dan kemampuan kepada masyarakat (miskin) untuk mampu dan berani bersuara (voice) serta kemampuan dan keberanian untuk memilih (choice) alternatif perbaikan kehidupan yang terbaik . 
Karena itu, pemberdayaan  dapat diartikan sebagai proses terencana guna meningkatkan skala/upgrade utilitas dari obyek yang diberdayakan. Dasar pemikiran suatu obyek atau target group perlu diberdayakan karena obyek tersebut mempunyai keterbatasan, ketidakberdayaan, keterbelakangan dan kebodohan dari berbagai aspek. Oleh karenanya guna meng-upayakan kesetaraan serta untuk mengurangi kesenjangan  diperlukan upaya merevitalisasi untuk mengoptimalkan utilitas melalui penambahan nilai.
Penambahan nilai ini dapat mencakup pada ruang bidang aspek sosial, ekonomi, kesehatan, politik dan budaya. Tentang hal ini, World Bank (2001) memberikan beberapa alternatif dalam fasilitasi pemberdayaan (facilitating empowerment) yang dapat dilakukan pemerintah, melalui:

1)   Basis politik dan hukum yang transparan, serta memberikan ruang gerak bagoi demokratisasi dan mekanisme partisipatip dalam  pengambilan keputusan, dan pemantauan implementasi kegiatan.
2)   Peningkatan pertumbuhan dan pemerataan administrasi publik yang bertanggung-gugat (accountability) dan responsif terhadap penggunanya.

3)   Menggerakkan desentralisasi dan pengembangan-masyarakat yang memberikan kesempatan kepada “kelompok miskin” untuk melakukan kontrol terhadap semua bentuk layanan yang dilak-sanakan.  Desentralisasi itu sendiri harus mampu bekerjasaman dengan mekanisme lain untuk menggerakkan partisipasi  serta pemantauan lembaga pemerintah oleh setiap warga-negara.

4)   Menggerakkan kesetaraan gender, baik dalam kegiatan ekonomi maupun dalam kelembagaan politik.

5)   Memerangi hambatan-sosial (social barrier), terutama yang me-nyangkut bias-bias etnis, rasial, dan gender dalam penegakan hukum.

6)   Mendukung modal-sosial yang dimiliki kelompok-miskin, terutama dukungan terciptanya jejaring agar mereka keluar dari kemiskinannya.
Dalam hubungan ini, lemabaga pemerintah perlu meningkatkan aksesibbilitas kelompok miskin terhadaop: organisasi-perantara, pasar global, dan lembaga-lembaga publik.

Bentuk, jenis dan cara pemberdayaan masyarakat atau penguatan masyarakat (strengthening community) sangat beragam, yang hanya berwujud jika ada kemauan untuk mengubah struktur masyarakat .
Karena itu, usaha untuk mengentaskan masyarakat dari lembah kemiskinan secara hakiki sama sulitnya dengan usaha memberdaya-kan mereka.  Tugas itu bukanlah pekerjaan mudah yang bersifat instant (segera dapat dilihat hasilnya). 

Syarat Tercapainya Tujuan Pemberdayaan Masyarakat

Untuk mencapai tujuan-tujuan pemberdayaan masyarakat terdapat  tiga jalur kegiatan yang harus dilaksanakan, yaitu :

1)   Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat untuk berkembang. Titik-tolaknya adalah, pengenalan bahwa setiap manusia dan masyarakatnya memiliki potensi (daya) yang dapat dikembangkan.
2)   Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu, dengan mendorong, memberikan motivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya, serta berupaya untuk mengembang-kannya.
3)   Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering).
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan adalah adanya kesukarelaan (anggota) masyarakat untuk terlibat dan atau melibatkan diri dalam kegiatan pembangunan.  Berkaitan  dengan tingkat kesukarelaan masyarakat untuk  berpartisipasi,  Dusseldorp (1981) membedakan adanya beberapa jenjang kesukarelaan sebagai berikut:
a)      Partisipasi  spontan,  yaitu peranserta yang tumbuh karena  moti-vasi intrinsik berupa pemahaman, penghayatan, dan keyakinan-nya sendiri.

b)      Partisipasi  terinduksi,  yaitu peranserta yang  tumbuh  karena  terinduksi oleh  adanya  motivasi ekstrinsik (berupa  bujukan,  pengaruh,  dorongan) dari  luar; meskipun yang bersangkutan tetap memiliki  kebebasan  penuh untuk berpartisipasi.

c)      Partisipasi  tertekan  oleh kebiasaan, yaitu peranserta  yang  tumbuh  karena   adanya  tekanan yang dirasakan sebagaimana layaknya   warga masyarakat   pada  umumnya,  atau  peranserta  yang   dilakukan   untuk mematuhi kebiasaan, nilai-nilai, atau norma yang dianut oleh  masyarakat setempat. Jika tidak berperan-serta, khawatir akan tersisih atau dikucilkan masya-rakatnya.

d)     Partisipasi  tertekan  oleh alasan sosial-ekonomi,  yaitu  peran-serta  yang dilakukan  karena  takut akan kehilangan status sosial atau menderita kerugian/tidak memperoleh bagian manfaat dari kegiatan yang dilaksanakan.

e)      Partisipasi  tertekan oleh peraturan, yaitu peranserta yang  dila-kukan  karena  takut menerima hukuman dari peraturan/keten-tuan-ketentuan  yang sudah diberlakukan.

Bentuk partisipasi yang ditunjukkan masyarakat, juga berkaitan dengan kemauan politik (political will) penguasa untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi.
Tentang hal ini, adanya tiga variasi bentuk partisipasi, yaitu :

a)      Partisipasi terbatas, yaitu partisipasi yang hanya digerakkan untuk kegiatan-kegiatan tertentu demi tercapainya tujuan pemba-ngunan, tetapi untuk kegiatan tertentu yang dianggap menimbulkan kerawanan bagi stabilitas nasional dan kalangan pembangunan, diatasi.

b)      Partisipasi penuh (full scale partisipation) artinya partisipasi seluas-luasnya dalam segala aspek kegiatan pembangunan.

c)      Mobilisasi tanpa partisipasi, artinya partisipasi yang dibangkitkan pemerintah (penguasa), tetapi masyarakat sama sekali tidak diberi kesempatan untuk mempertimbangkan kepentingan pribadi dan tidak diberi kesempatan untuk turut mengajukan tuntutan maupun mempengaruhi jalannya kebijaksanaan pemerintah.


3.2.  Tujuan Pemberdayaan Masyarakat
Kegiatan pemnberdayaan masyarakat selalu dilakukan dalam bentuk pengembangan kegiatan produktif untuk peningkatan pendapatan (income generating).
Pemahaman seperti itu tidaklah salah, tetapi belum cukup.  Sebab hakekat dari pemberdayaan masyarakat adalah meningkatkan kemampuan, mendorong kemauan dan keberanian, serta memberikan kesempatan bagi upaya-upaya masyarakat (setempat) untuk dengan atau tanpa dukungan pihak luar mengembangkan kemandiriannya demi terwujudnya perbaikan kesejahteraan (ekonomi, sosial, fisik dan mental) secara berkelanjutan.
Mandiri di sini bukan berarti menolak bantuan ”pihak-luar” tetapi kemampuan dan keberanian untuk mengambil keputusan yang terbaik berdasarkan pertimbangan-pertimbangan:

1)      keadaan sumberdaya yang dimiliki dan atau dapat diman-faatkan
2)      penguasaan dan kemampuan pengetahuan teknis  untuk memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi
3)      sikap kewirausahaan dan ketrampilan manajerial yang dikuasai
4)      kesesuaian sosial-budaya dan kearifan tradisional yang diwariskan serta dilestarikan secara turun-temurun

Untuk mewujudkan perbaikan kesejahteraan tersebut banyak upaya yang dapat dilakukan. Artinya, tugas kegiatan penyuluhan pertanian sebagai proses pember-dayaan masyarakat tidak cukup hanya berbicara tentang inovasi teknis, perbaikan manajemen dan efisiensi usaha, tetapi harus juga mampu  dan berani menyuarakan hak-hak politik petani (kecil) dan pemangku kepentingan yang lain.

2.3. Pengaplikasian Pemberdayaan Masyarakat
Pembangunan pertanian pedesaan harus berorientasi pada pemberdayaan masyarakat. Pada dasarnya pembangunan bertujuan untuk mengembangkan masyarakat. Pembangunan diselenggarakan untuk memecahkan masalah yang ada dan dihadapi masyarakat. Keberhasilan pembangunan di pedesaan akan terlihat apabila masyarakat secara dinamis mampu memenuhi kebutuhannya.
Pemenuhan kebutuhan dapat dilakukan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di lingkungan sekitar. Diantaranya sumber daya yang tersembunyi berupa limbah. Limbah di pedesaan mayoritas berasal dari limbah dapur dan ternak. Adapun yang akan dibahas disini adalah pemanfaatan limbah kotoran ternak.
Indonesia sebagai negara agraris yang beriklim tropis memiliki sumber daya pertanian dan peternakan yang cukup besar. Sumber daya tersebut, selain digunakan untuk kebutuhan pangan juga dapat berpotensi sebagai sumber energi dengan cara pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas.
Pemanfaatan limbah peternakan (kotoran ternak) merupakan salah satu alternatif yang sangat tepat untuk mengatasi naiknya harga pupuk dan kelangkaan bahan bakar minyak. Apalagi pemanfaatan kotoran ternak sebagai sumber bahan bakar dalam bentuk biogas. Teknologi dan produk tersebut merupakan hal baru bagi masyarakat petani dan peternak kita. Pemanfaatan kotoran ternak sebagai sumber energi, tidak mengurangi jumlah pupuk organik yang bersumber dari kotoran ternak. Hal ini karena pada pembuatan biogas kotoran ternak yang sudah diproses dikembalikan ke kondisi semula yang diambil hanya gas metana (CH4) yang digunakan sebagai bahan bakar. Kotoran ternak yang sudah diproses pada pembuatan biogas dipindahkan ke tempat lebih kering, dan bila sudah kering dapat disimpan dalam karung untuk penggunaan selanjutnya.
Dari aspek sosio-kultural penerapan teknologi baru kepada masyarakat merupakan suatu tantangan tersendiri akibat rendahnya latar belakang pendidikan, pengetahuan, dan wawasan yang mereka miliki. Begitu juga dengan penerapan teknologi biogas. Tidak pernah terbayangkan bahwa kotoran sapi dapat menghasilkan api. Selain itu juga perasaan jijik terhadap makanan yang dimasak menggunakan biogas. Untuk itu diperlukan sosialisasi yang tepat kepada masyarakat agar dapat dijadikan sebagai rintisan wirausaha baru.
Ø  Tujuan dari kegiatan pemberdayaan masyarakat ini diantaranya :
1.      Memberi masukan kepada masyarakat tentang pemanfaatan residu biogas dari kotoran ternak bagi kepentingan masyarakat petani dan peternak.
2.      Memberikan informasi kepada masyarakat tentang aspek sosio-kultural penerapan teknologi biogas dalam rangka perintisan wirausaha baru.
Ø  Manfaat yang diharapkan dari kegiatan pemberdayaan masyarakat ini yaitu :
1.      Hasil dari kegiatan yang akan dilakukan diharapkan dapat menjadi rintisan kegiatan sistem pengelolaan limbah ternak yang berdaya guna.
2.      Biogas yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai sumber belajar (real teaching) bagi dunia pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan berbasis riset.
3.       Program yang dijalankan dapat dijadikan sebagai media penghubung antar keluarga dalam pengelolaan dan penyaluran biogas yang dihasilkan sehingga dapat terbentuk atmosfir sosio kultural yang harmonis dan berkesinambungan.
4.      Memotivasi masyarakat desa untuk merintis wirausaha baru di bidang pembuatan biogas dan pupuk kandang.
5.      Membuka peluang kerja bagi masyarakat petani dan peternak sapi sehingga memperkecil arus urbanisasi.
6.      Meningkatkan pendapatan masyarakat petani dan peternak sapi di daerah tersebut sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga.

Ø  Kotoran Ternak
Pemanfaatan kotoran ternak sebagai sumber pupuk organik sangat mendukung usaha pertanian tanaman sayuran. Dari sekian banyak kotoran ternak yang terdapat di daerah sentra produksi ternak, banyak yang belum dimanfaatkan secara optimal, sebagian di antaranya terbuang begitu saja sehingga sering merusak lingkungan yang akibatnya akan menghasilkan bau yang tidak sedap.







Tabel 1. Kandungan unsur hara pada pupuk kandang yang berasal dari beberapa ternak.
Jenis Ternak
Unsur hara (kg/ton)

N
P
K
Sapi perah
22,0
2,6
13,7
Sapi potong
26,2
4,5
13,0
Domba
50,6
6,7
39,7
Unggas
65,8
13,7
12,8
Pupuk organik yang berasal dari kotoran ternak dapat menghasilkan beberapa unsur hara makro yang sangat dibutuhkan tanaman yaitu N,P,K. Disamping menghasilkan unsur hara makro, pupuk kandang juga menghasilkan sejumlah unsur hara mikro, seperti Fe, Zn, Bo, Mn, Cu, dan Mo. Jadi dapat dikatakan bahwa, pupuk kandang ini dapat dianggap sebagai pupuk alternatif untuk mempertahankan produksi tanaman.

Ø  Biogas sebagai Sumber Energi Alternatif
Biogas adalah gas mudah terbakar   (flammable) yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob (bakteri yang hidup dalam kondisi kedap udara). Pada umumnya semua jenis bahan organik bisa diproses untuk menghasilkan biogas, namun demikian hanya bahan organik (padat, cair) homogen seperti kotoran dan urine hewan ternak yang cocok untuk sistem biogas sederhana. Di samping itu juga sangat mungkin menyatukan saluran pembuangan di kamar mandi atau WC ke dalam sistem biogas.
Bahan organik dimasukkan ke dalam ruangan tertutup kedap udara (disebut Digester) sehingga bakteri anaerob  akan   membusukkan  bahan  organik  tersebut yang   kemudian menghasilkan   gas (disebut biogas). Biogas yang telah  terkumpul di dalam digester   selanjutnya dialirkan  melalui pipa   penyalur gas menuju tabung penyimpan gas atau langsung ke lokasi penggunaannya. Biogas  dapat  dipergunakan  dengan  cara  yang    sama  seperti  gas-gas mudah terbakar lainnya.
Limbah biogas, yaitu kotoran ternak yang telah hilang gasnya (slurry) merupakan pupuk organik yang sangat kaya akan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman. Bahkan, unsur-unsur tertentu seperti protein, selulose, lignin dan lain-lain tidak dapat digantikan oleh pupuk kimia.



Tabel 2. Komposisi gas yang ada dalam biogas
Jenis Gas
Volume (%)
Metana (CH4)
40 – 70
Karbondioksida (CO2)
30 – 60
Hidrogen (H2)
0 - 1
Hidrogen Sulfida (H2S)
0 – 3

Ø  Pelestarian Alam dengan Biogas
Biogas memberikan solusi terhadap masalah penyediaan energi dengan murah dan tidak mencemari lingkungan. Sebelum diolah menjadi biogas, kotoran ternak yang menggunung akan terbawa oleh air masuk ke dalam tanah atau sungai yang kemudian mencemari air tanah dan air sungai. Kotoran ternak mengandung racun dan bakteri colly yang membahayakan kesehatan manusia dan lingkungannya.
Pembakaran bahan bakar fosil  menghasilkan  karbon dioksida (CO2) yang ikut  memberikan kontribusi bagi efek rumah kaca (green house effect) yang  bermuara pada   pemanasan global (global warming). Biogas memberikan perlawanan  terhadap efek  rumah  kaca melalui 3 cara.
1.      Biogas memberikan substitusi atau pengganti dari bahan bakar fosil untuk penerangan, kelistrikan, memasak dan pemanasan.
2.      Metana (CH4) yang dihasilkan secara alami oleh kotoran yang menumpuk merupakan gas penyumbang terbesar pada efek rumah kaca, bahkan lebih besar dibandingkan CO2. Pembakaran metana pada Biogas mengubahnya menjadi CO2 sehingga mengurangi jumlah metana di udara.
3.      Dengan lestarinya hutan, maka CO2 yang ada di udara akan diserap oleh hutan yang menghasilkan Oksigen yang melawan efek rumah kaca
Ø  Spesifikasi Teknis
Teknologi biogas telah berkembang sejak lama, tetapi aplikasi penggunaannya sebagai sumber energi alternatif belum berkembang secara luas. Beberapa kendala antara lain karena kurangnya “technical expertise”, tidak berfungsinya reaktor biogas akibat kebocoran atau kesalahan konstruksi, desain reaktor yang tidak “user friendly”, penanganan masih manual, dan biaya konstruksi yang cukup mahal.

v  Untuk membuat reaktor biogas skala rumah tangga diperlukan beberapa hal berikut:
1.      Volume reaktor (plastik) : 4000 liter
2.      Volume penampung gas (plastik) : 2500 liter
3.      Kompor biogas : 1 buah
4.      Drum pengaduk bahan : 1 buah
5.      Pengaman gas : 1 buah
6.      Selang saluran gas : ± 10 m
7.      Kebutuhan bahan baku : kotoran ternak dari 2-3 ekor sapi/kerbau
8.      Biogas yang dihasilkan : 4 m3 perhari (setara dengan 2,5 liter minyak tanah).

v  Adapun cara pengoperasian reaktor biogas skala rumah tangga:
1.      Buat campuran kotoran ternak dan air dengan perbandingan 1:1 (bahan biogas).
2.      Masukkan bahan biogas ke dalam reaktor melalui tempat pengisian sebanyak 2000 liter, selanjutnya akan berlangsung proses produksi biogas ke dalam reaktor.
3.      Setelah kurang lebih 10 hari reaktor gas dan penampung biogas akan terlihat mengembung dan mengeras karena adanya biogas yang dihasilkan. Biogas sudah dapat digunakan sebagai bahan bakar, kompor biogas dapat dioperasikan.
4.      Sekali-sekali reaktor biogas digoyangkan supaya terjadi penguraian yang sempurna dan gas yang terbentuk di bagian bawah naik ke atas, lakukan juga pada setiap pengisian bahan bakar.
5.      Pengisian bahan biogas selanjutnya dapat dilakukan setiap hari, yaitu sebanyak ± 40 liter setiap pagi dan sore. Sisa pengolahan bahan biogas berupa sludge (lumpur) secara otomatis akan keluar dari reaktor setiap kali dilakukan pengisian bahan biogas. Sisa hasil pengolahan bahan biogas tersebut dapat digunakan langsung sebagai pupuk organik, baik dalam keadaan basah maupun kering.
v  Cara Pengoperasian Kompor Biogas :
1.      Buka sedikit kran gas yang ada pada kompor.
2.      Nyalakan korek api dan sulut tepat di atas tungku kompor.
3.      Apabila menginginkan api yang lebih besar, kran gas dapat dibuka lebih besar lagi, demikian pula sebaliknya. Api dapat disetel sesuai dngan kebutuhan dan keinginan kita.



v  Pemeliharaan dan Perawatan Reaktor Biogas :
1.      Hindarkan reaktor dari gangguan anak, tangan jahil ataupun dari ternak yang dapat merusak reaktor dengan cara memagar dan memberi atap supaya air tidak dapat masuk ke dalam galian reaktor.
2.      Isilah selalu pengaman gas dengan air sampai penuh. Jangan biarkan sampai kosong karena gas yang dihasilkan akan terbuang melalui pengaman gas.


BAB III
PENUTUP

3.1. Simpulan
Pemberdayaan masyarakat yang utama agar pemerataan ekonomi dapat dilakukan di pedesaan atau tempat terpencil. Cara pengaplikasiaannya dapat disesuaikan dengan keadaan atau kondisi daerah yang akan dilakukan pemberdayaan tersebut. Butuh inovasi untuk mengembangkan pikiran agar dapat terselenggaranya proses pemberdayaan masyarakat. Dan keseimbangan antara tujuan dari pemerintah dan pelaksanaanya melalui masyarakat demi masa depan yang lebih baik.

3.2. Saran
Pemberdayaan masyarakat berbeda-beda pada setiap daerah, begitu juga dengan metode yang digunakan untuk penyuluhan maupun partisipasinya. Maka butuh pemahaman tujuan sebenarnya mengenai pemberdayaan masyarakat. Dan bagi para penyuluh dapat memberi contoh mengenai inovasi yang dapat mengembangkan sector-sektor pada suatu daerah.


DAFTAR PUSTAKA

Slamet, Margo. 2002. Pemberdayaan Masyarakat, diakses pada tanggal 24 Juni 2014.

Diningrat, Sukmo. 1997. Pemberdayaan Masyarakat, diakses pada tanggal 24 Juni 2014.

Anonimous. 2014. Pemberdayaan Masyarakat. http://id.wikipedia /pemberdayaan-masyarakat.com, diakses padatanggal 24 Juni 2014.




Related Post :
1 Komentar di Blogger
Silahkan Berkomentar Melalui Akun Facebook Anda
Silahkan Tinggalkan Komentar Anda Di Bawah
  1. Hotels near Harrah's Casino, 777 Harrah's Rincon Way - MapYRO
    Best Hotels Near Harrah's 제천 출장안마 Casino, 777 Harrah's Rincon 과천 출장샵 Way, Rincon, NV. 2021 Updated. Rating: 6.4/10 김포 출장샵 · ‎1,542 reviews · ‎Price range: 논산 출장샵 Best price guarantee! 광명 출장샵

    BalasHapus